jadwalsepakbolahariini – Manchester United kembali menelan pil pahit. Dalam laga lanjutan Premier League yang berlangsung di Molineux Stadium, Setan Merah kalah 2-1 dari Wolverhampton Wanderers, hasil yang semakin menambah tekanan di tengah performa inkonsisten musim ini. Meski sempat unggul lebih dulu lewat gol Bruno Fernandes, dua gol balasan dari Wolves membuat Manchester United pulang dengan tangan hampa.
Namun, sorotan utama pascalaga bukan hanya soal hasil. Penyerang muda MU, Rasmus Højlund, menjadi bahan perbincangan hangat. Striker asal Denmark itu tampil kurang tajam, melewatkan beberapa peluang emas, dan gagal mencetak gol dalam laga penting tersebut. Banyak pihak mulai mengkritik kontribusinya yang dianggap belum sebanding dengan label harganya.
Namun, pelatih United, Ruben Amorim, menolak keras menjadikan Højlund sebagai kambing hitam. Dalam konferensi pers usai laga, Amorim menegaskan bahwa kekalahan ini adalah tanggung jawab kolektif tim, bukan karena satu individu.
Laga yang Berjalan Ketat, Tapi Gagal Dimenangkan
Manchester United tampil cukup agresif sejak awal laga. Mereka memegang penguasaan bola sebesar 60% dan sempat unggul lebih dulu lewat eksekusi penalti Bruno Fernandes di menit ke-25. Namun setelah gol tersebut, permainan MU mulai menurun, dan Wolves justru tampil lebih klinis di babak kedua.
Pedro Neto menyamakan kedudukan pada menit ke-58 lewat aksi individu yang memukau, sebelum Matheus Cunha mencetak gol kemenangan pada menit ke-81 memanfaatkan kelengahan pertahanan MU dalam situasi bola mati.
Sepanjang laga, United menciptakan 12 tembakan—3 di antaranya dari Højlund—tapi hanya satu yang benar-benar mengancam gawang José Sá.
Rasmus Højlund Dikritik, Amorim Pasang Badan
Usai pertandingan, media langsung menyoroti performa Højlund. Pemain berusia 21 tahun itu dinilai masih belum konsisten dalam menyelesaikan peluang dan gagal memberikan dampak besar dalam pertandingan krusial. Berita bola Beberapa headline menyebutnya sebagai “penyerang tumpul”, sementara sebagian penggemar mulai mempertanyakan keputusannya dijadikan striker utama.
Namun Ruben Amorim punya pandangan berbeda. Dalam pernyataan resminya, pelatih asal Portugal itu membela anak asuhnya:
“Saya tidak akan duduk di sini dan membiarkan kalian menyalahkan satu pemain. Kekalahan ini bukan karena Rasmus. Dia bekerja keras, menciptakan ruang, dan berada di posisi yang tepat. Masalah kami bukan individu, tapi tim.”
“Dia masih sangat muda, dan tekanan di klub sebesar United tidak ringan. Tapi dia berkembang, dan saya percaya waktunya akan datang.”
Baca Juga :
- Real Madrid Disikat Arsenal dan Tersingkir dari Liga Champions
- Chelsea Coba Bajak Virgil van Dijk dari Liverpool?
Statistik Højlund: Tidak Tajam, Tapi Aktif
Meski tidak mencetak gol, statistik Rasmus Højlund dalam laga ini menunjukkan bahwa ia tidak pasif:
- Tembakan: 3
- Touch di kotak penalti lawan: 6
- Dribel sukses: 2 dari 3 percobaan
- Duels menang: 5
- Pergerakan tanpa bola: 7 run ke area final third
Dari data tersebut, Højlund terlihat cukup aktif, namun penyelesaian akhir dan koordinasi dengan lini tengah menjadi masalah utama. Ia beberapa kali menerima bola dalam posisi kurang ideal atau tanpa dukungan yang memadai.
Tantangan Adaptasi di Usia Muda
Rasmus Højlund didatangkan dari Atalanta dengan harapan besar sebagai calon bomber masa depan United. Namun, adaptasi di Premier League bukanlah hal yang mudah—terlebih di usia yang masih sangat muda.
Bermain untuk klub sebesar Manchester United, yang tengah berada dalam masa transisi dan tekanan tinggi, membuat proses adaptasinya terasa lebih berat. Ditambah lagi dengan ekspektasi besar dari publik karena harga transfernya yang menyentuh angka £72 juta, yang membuatnya otomatis jadi pusat perhatian.
Namun Ruben Amorim paham betul akan hal itu. Ia menekankan bahwa proses pengembangan pemain muda membutuhkan kesabaran dan perlindungan, bukan kritik tajam yang membunuh mental.
Ruben Amorim: “Kami Menang dan Kalah Bersama”
Sikap Ruben Amorim yang ogah menyalahkan satu pemain mencerminkan filosofinya sebagai pelatih. Ia dikenal sebagai pelatih yang sangat protektif terhadap pemain muda dan selalu menekankan bahwa sepak bola adalah permainan tim.
“Kami adalah tim. Ketika menang, kami semua hebat. Ketika kalah, kami semua harus bertanggung jawab. Jika saya harus disalahkan, biar saya yang disalahkan. Tapi jangan jadikan pemain muda sebagai pelampiasan,” tegasnya.
Pernyataan ini mendapat banyak dukungan dari pengamat dan fans, yang menilai bahwa Amorim menunjukkan kelas dan kepemimpinan sejati.
Reaksi Rekan Setim dan Fans
Bruno Fernandes, kapten Manchester United, juga membela Højlund:
“Rasmus adalah pekerja keras. Dia selalu ada di latihan lebih awal. Kami semua percaya padanya. Saya juga sempat butuh waktu saat datang ke klub ini. Yang penting adalah tetap mendukungnya.”
Di media sosial, tagar #InHojlundWeTrust sempat naik setelah fans United melihat bagaimana Amorim dan rekan-rekannya membela sang striker.
- “Bukan salah Højlund kalau tim ini kurang kreatif.”
- “Dia masih muda, dan kelihatan punya mental bagus. Butuh waktu dan kontinuitas.”
- “Amorim nunjukin kelas pelatih top. Gak buang-buang pemain muda cuma karena satu laga buruk.”
Masalah Lebih Besar: Minimnya Kreativitas dan Dukungan
Jika ditilik lebih dalam, masalah United bukan terletak pada finishing Højlund semata, tapi minimnya kreativitas lini tengah dan sayap. Tanpa pasokan bola yang berkualitas, Højlund terisolasi di depan. Bruno dan Mount terlihat kelelahan, sementara Antony dan Rashford tampil tidak konsisten.
Hal ini membuat Højlund sering kali harus turun jauh untuk menjemput bola, alih-alih menunggu peluang di kotak penalti. Padahal, kekuatan utamanya adalah pergerakan cepat di area sempit dan penyelesaian dari jarak dekat.
Apa Solusi Amorim?
Amorim sudah mulai mengubah beberapa aspek taktik United. Ia mencoba sistem 3-4-2-1 di beberapa laga sebelumnya, namun kembali ke formasi 4-2-3-1 saat melawan Wolves. Ke depannya, ia menyebut akan mencari kombinasi lini tengah yang lebih kreatif, dan memberi Højlund partner yang bisa memberi tekanan, mungkin dengan memainkan dua striker atau memberikan lebih banyak peran pada Palmer atau Garnacho sebagai second striker.
Yang Dibutuhkan: Waktu, Konsistensi, dan Kepercayaan
Dalam proyek jangka panjang seperti yang dijalankan Amorim, hal terpenting adalah kesabaran dan kepercayaan. Kritik tajam terhadap pemain muda seperti Højlund berisiko mematikan perkembangan mereka. Yang dibutuhkan saat ini adalah dukungan dari seluruh elemen klub: pelatih, rekan tim, manajemen, dan fans.
Jika Højlund diberi waktu dan kepercayaan penuh, ia punya semua atribut untuk menjadi penyerang kelas dunia: kekuatan fisik, naluri mencetak gol, dan etos kerja yang luar biasa.
Bukan Saatnya Mencari Kambing Hitam
Kekalahan dari Wolverhampton memang menyakitkan bagi Manchester United dan para fans nya. Namun menyalahkan satu pemain, ter lebih pemain muda seperti Rasmus Højlund, bukanlah solusi. Ruben Amorim memahami hal itu, dan sikapnya yang tegas dalam membela pemainnya patut diapresiasi.
Musim masih panjang. Masih banyak peluang untuk berkembang, dan Højlund akan terus jadi bagian penting dari proyek jangka panjang Amorim. Kini, semuanya kembali ke pertanyaan sederhana: apakah United siap bersabar untuk hasil besar di masa depan?