Laga Atalanta vs Sassuolo di Gewiss Stadium, Bergamo, menjadi salah satu pertandingan paling atraktif di Serie A pekan ke-12 musim 2025/26.
Kedua tim sama-sama dikenal dengan gaya bermain ofensif, tapi hasil akhir menunjukkan satu hal: Atalanta masih jadi kekuatan berbahaya di bawah tangan Gian Piero Gasperini.
Dengan skor akhir 3-1 untuk Atalanta, publik Bergamo disuguhkan pertandingan penuh tempo tinggi, pressing ketat, dan gol-gol yang lahir dari taktik matang. Sassuolo berusaha melawan lewat transisi cepat, tapi dominasi fisik dan sistemik Atalanta terlalu solid untuk ditembus.
Pra-Laga: Dua Gaya, Dua Nasib
Atalanta: Konsistensi Kembali Ditemukan
Setelah start musim yang naik turun, Gasperini mulai menemukan kembali “DNA Atalanta”: intensitas tinggi, umpan vertikal cepat, dan serangan berlapis dari wing-back.
Kemenangan ini juga jadi modal penting untuk menjaga posisi mereka di zona Eropa.
Absensi: Berat di lini belakang karena Kolasinac cedera, tapi duet Scalvini–Djimsiti tampil disiplin.
Fokus: Menyerang dari half-space kanan melalui Koopmeiners dan Zappacosta.
Sassuolo: Mencari Identitas Baru
Di sisi lain, Sassuolo masih beradaptasi di bawah pelatih Alessio Dionisi yang mencoba menyeimbangkan gaya menyerang warisan De Zerbi dengan struktur defensif lebih rapat.
Namun inkonsistensi jadi masalah utama; mereka menang melawan tim besar, tapi sering kehilangan poin di laga yang seharusnya bisa dikontrol.
Absensi: Berardi masih belum 100% fit.
Fokus: Mengandalkan serangan balik cepat lewat Laurienté dan Pinamonti.
Jalannya Pertandingan
Babak Pertama – Atalanta Agresif Sejak Awal
Dari menit pertama, Atalanta tampil garang. Tekanan mereka di lini depan membuat Sassuolo kesulitan membangun serangan dari belakang.
Menit ke-14, publik Bergamo bersorak setelah Ademola Lookman mencetak gol pembuka.
Berawal dari umpan terobosan Koopmeiners, Lookman menusuk dari kiri dan menaklukkan kiper Sassuolo dengan tembakan mendatar ke tiang jauh.
Sassuolo mencoba merespons lewat dua peluang Pinamonti, tapi penyelesaian kurang tajam.
Menit ke-34, Atalanta menggandakan keunggulan lewat Teun Koopmeiners yang memanfaatkan bola rebound dari luar kotak penalti — sepakan keras kaki kirinya menghujam sudut atas.
Babak pertama ditutup dengan skor 2-0. Atalanta unggul dalam segalanya: intensitas, penguasaan bola, dan efisiensi.
Babak Kedua – Sassuolo Balas, Tapi Tak Cukup
Masuk babak kedua, Dionisi melakukan dua pergantian cepat: Defrel dan Volpato masuk untuk menambah daya serang.
Strategi ini membuahkan hasil di menit ke-58, ketika Laurienté berhasil memperkecil kedudukan lewat tembakan jarak jauh setelah kesalahan antisipasi Scalvini.
Namun Atalanta tidak panik. Mereka menurunkan tempo, menekan lagi dengan pola 3-4-1-2 yang lebih kompak.
Di menit ke-73, pemain muda Charles De Ketelaere memastikan kemenangan 3-1 setelah memanfaatkan assist dari Zappacosta lewat umpan silang cut-back sempurna.
Sisa pertandingan berjalan dalam kontrol penuh tim tuan rumah. Sassuolo kehabisan ide dan energi.
Statistik Pertandingan
| Statistik | Atalanta | Sassuolo |
|---|---|---|
| Penguasaan Bola | 58% | 42% |
| Total Tembakan | 17 | 9 |
| Tembakan Tepat Sasaran | 8 | 3 |
| Peluang Besar | 4 | 1 |
| Operan Sukses | 87% | 79% |
| Kartu Kuning | 2 | 3 |
| Gol | 3 | 1 |
Analisis Taktikal
Atalanta: Serangan Vertikal Kembali Hidup
Salah satu ciri khas Gasperini adalah membangun serangan dari sisi lapangan, memanfaatkan overload dan kombinasi antar wing-back dan gelandang.
Dalam laga ini, Koopmeiners menjadi motor utama. Ia mengatur ritme serangan sekaligus berperan sebagai shadow striker.
Formasi dasar: 3-4-1-2
-
Zappacosta dan Ruggeri berfungsi sebagai sayap ganda.
-
Lookman & De Ketelaere di depan menekan build-up lawan.
-
Koopmeiners jadi penghubung antara lini tengah dan dua penyerang.
Keunggulan:
-
Transisi cepat dari bertahan ke menyerang (3–4 detik).
-
Lini tengah disiplin menutup ruang antar lini.
-
Pressing tinggi membuat Sassuolo tak bisa memainkan bola pendek.
Kelemahan kecil:
-
Masih sedikit longgar di sisi kiri ketika full-back naik bersamaan.
Sassuolo: Strategi Cerdik Tapi Minim Eksekusi
Sassuolo mencoba menyerang lewat sayap, terutama melalui Laurienté yang eksplosif. Tapi tanpa dukungan Berardi, serangan mereka sering tumpul di sepertiga akhir.
Sistem 4-2-3-1 yang diubah jadi 4-3-3 di babak kedua sempat memberi efek kejutan, tapi tidak cukup lama.
Masalah utama:
-
Minimnya variasi build-up (serangan terlalu bergantung ke kanan).
-
Koordinasi lini belakang kurang rapat saat menghadapi pressing Atalanta.
-
Tidak ada target man kuat di kotak penalti selain Pinamonti.
Pemain Terbaik Pertandingan
Teun Koopmeiners (Atalanta)
1 gol, 1 assist, 6 key passes, 91% akurasi operan.
Gelandang Belanda ini jadi jantung permainan Dea malam itu. Kemampuan membaca ruang dan melakukan tembakan jarak jauh menjadikannya pengatur tempo ideal.
Honourable mention:
-
Ademola Lookman: 1 gol, 3 peluang tercipta.
-
Zappacosta: 1 assist, 9 crossing sukses.
-
Laurienté (Sassuolo): meski kalah, jadi satu-satunya pemain tamu yang benar-benar berbahaya.
Reaksi Pasca-Laga
Gian Piero Gasperini (Pelatih Atalanta):
“Kami bermain seperti yang saya inginkan — cepat, agresif, dan kolektif. Sassuolo adalah lawan sulit, tapi kami tidak membiarkan mereka bernapas terlalu lama.”
Alessio Dionisi (Pelatih Sassuolo):
“Kami kehilangan intensitas setelah babak pertama. Atalanta pantas menang, tapi kami harus belajar lebih cepat mengubah momentum.”
Koopmeiners (Atalanta):
“Saya suka peran bebas ini, kami merasa seperti tim lama Atalanta lagi. Kami bisa menekan dan menyerang tanpa kehilangan keseimbangan.”
Analisis Tambahan: Atalanta Versi 2.0
Musim ini Gasperini tampak mencoba pendekatan lebih fleksibel.
Kalau dulu Atalanta dikenal “liar” dalam menyerang, kini mereka lebih terkendali tapi tetap tajam.
Peran pemain muda seperti Scalvini dan De Ketelaere membuat transisi mereka terasa segar.
Sementara Sassuolo butuh kestabilan. Mereka punya potensi besar di sektor ofensif, tapi tanpa disiplin struktural, mereka akan terus kesulitan menghadapi tim dengan intensitas tinggi.
Data Individu & Rating
| Pemain | Tim | Rating | Statistik Kunci |
|---|---|---|---|
| Koopmeiners | Atalanta | 8.9 | 1G, 1A, 6 key pass |
| Lookman | Atalanta | 8.4 | 1G, 2 shot on target |
| De Ketelaere | Atalanta | 8.1 | 1G, 1A |
| Laurienté | Sassuolo | 7.5 | 1G, 2 dribel sukses |
| Scalvini | Atalanta | 7.4 | 5 intersep, 3 sapuan |
Dampak ke Klasemen Serie A
Kemenangan ini membuat Atalanta naik ke posisi 5 klasemen sementara dengan 21 poin — hanya terpaut 3 angka dari zona Liga Champions.
Sassuolo, sebaliknya, harus puas di peringkat 14 dengan 11 poin, masih belum lepas dari ancaman zona degradasi.
Catatan Menarik
-
Atalanta kini mencatatkan 4 kemenangan kandang beruntun di Serie A.
-
Sassuolo belum pernah menang di Bergamo sejak 2018.
-
Koopmeiners jadi pemain dengan shot accuracy tertinggi di liga untuk gelandang (68%).
-
Atalanta mencetak 10 gol dari luar kotak penalti musim ini — terbanyak di Serie A sejauh ini.
Atalanta vs Sassuolo berakhir dengan skor 3-1, tapi pertandingan ini lebih dari sekadar kemenangan biasa.
Atalanta menunjukkan bahwa mereka kembali ke bentuk terbaik: energik, efisien, dan disiplin. Sassuolo memperlihatkan potensi, tapi harus lebih konsisten dalam menghadapi tekanan tinggi.
💬 “Dea menari lagi di Gewiss Stadium — dengan ritme lama, tapi energi baru.”
The ad is displayed on the page
current post: Atalanta vs Sassuolo – Dea Bangkit, Nerazzurri Bergaya di Gewiss Stadium, ID: 4765
Ad: tes (4740)
Placement: After Content (4735)
Find solutions in the manual
