Inter Milan dan Poin-poin yang Terbuang: Tertawa atau Menangis?

Inter Milan

jadwalsepakbolahariini – Musim 2024/2025 menjadi salah satu musim paling dramatis bagi Inter Milan dalam satu dekade terakhir. Tim asuhan Simone Inzaghi ini menjalani perjalanan Serie A dengan kualitas permainan yang luar biasa, kedalaman skuad yang solid, dan performa dominan… hingga momen-momen tertentu yang menghantui: poin-poin yang terbuang.

Kini, ketika kompetisi menyisakan satu pekan lagi dan perebutan Scudetto masih terbuka, publik San Siro menghadapi dilema emosional: tertawa karena masih di puncak performa, atau menangis karena peluang menjauh hanya karena kelengahan di titik-titik krusial.

Artikel ini menelusuri perjalanan Inter Milan di musim 2024/2025, menganalisis momen-momen di mana poin-poin berharga terlepas, dan bagaimana hal tersebut bisa menjadi penentu nasib mereka di pekan terakhir Serie A.

jadwalsepakbolahariini

Awal Musim: Tanda-tanda Dominasi

Inter Milan memulai musim 2024/2025 dengan impresif. Skuad yang tidak banyak berubah dari musim sebelumnya tampil padu. Simone Inzaghi tetap mempertahankan sistem 3-5-2 yang selama ini menjadi senjatanya, dengan Lautaro Martínez dan Marcus Thuram menjadi ujung tombak yang mematikan.

Di lini tengah, Nicolo Barella, Hakan Çalhanoğlu, dan Davide Frattesi mengatur ritme permainan dengan presisi tinggi. Pertahanan yang dipimpin oleh Alessandro Bastoni dan Stefan de Vrij tampil solid. Inter Milan memenangi 10 dari 12 pertandingan pertama mereka, termasuk kemenangan besar atas Roma dan Lazio.

Saat jeda musim dingin, Inter Milan bertengger nyaman di puncak klasemen dengan keunggulan 6 poin dari rival terdekat, Juventus. Banyak yang menyebut bahwa Scudetto musim ini “sudah dalam genggaman.”

Namun, seperti kisah klasik dalam sepak bola Italia, tidak ada yang pasti hingga peluit akhir pekan terakhir dibunyikan.

Momen-momen Terbuangnya Poin: Kesalahan yang Menumpuk

Berikut adalah beberapa pertandingan di mana Inter Milan kehilangan poin penting—dan sekarang menghantui mereka:

  1. Sassuolo 2-2 Inter Milan (Januari 2025)

Inter Milan unggul 2-0 hingga menit ke-75, lalu dua kesalahan koordinasi di lini belakang membuat Sassuolo menyamakan skor hanya dalam 7 menit. Momen ini disebut Inzaghi sebagai “kehilangan fokus kolektif.”

  1. Inter 1-1 Bologna (Februari 2025)

Menguasai hampir 70% bola dan 23 tembakan ke gawang, Inter Milan hanya bisa mencetak satu gol dan malah kebobolan lewat penalti di menit ke-87. Peluang demi peluang disia-siakan oleh lini depan.

  1. Lecce 1-0 Inter Milan (Maret 2025)

Ini adalah kekalahan yang paling mengejutkan. Di tengah jadwal padat, Inter Milan merotasi banyak pemain. Berita bola Lecce memanfaatkan kelemahan ini dan mencetak satu-satunya gol di menit ke-93, hasil dari kesalahan fatal saat membangun serangan dari belakang.

  1. Derby della Madonnina vs AC Milan (April 2025)

Inter Milan unggul 1-0 hingga menit 88, tetapi membiarkan Rafael Leão menyamakan kedudukan dalam skema serangan balik. Dua poin kembali hilang dari genggaman. Secara total, Inter Milan telah kehilangan 10 poin dari posisi unggul. Jika mereka bisa menjaga keunggulan itu, Scudetto mungkin sudah dipastikan sejak dua pekan lalu.

Statistik yang Menunjukkan Masalah

Kehilangan Poin dari Posisi Unggul:

  • Total pertandingan memimpin lalu berakhir imbang/kalah: 5
  • Total poin hilang dari posisi unggul: 10
  • Gol kebobolan di 10 menit akhir: 8
  • Gol dicetak di 10 menit akhir: 3

Statistik ini menunjukkan kelemahan Inter Milan dalam menutup pertandingan—baik karena masalah fisik, fokus, atau strategi defensif yang terlalu pasif di akhir laga.

Simone Inzaghi sendiri beberapa kali mengakui bahwa pendekatan bertahan di menit-menit akhir “perlu ditinjau ulang” karena justru membuka ruang bagi lawan menyerang dengan risiko tinggi.

Baca Juga :

Kekuatan Tim Masih Terlihat

Meski kehilangan poin dalam sejumlah laga krusial, tidak adil jika hanya melihat sisi negatif dari perjalanan Inter Milan musim ini. Tim ini tetap menjadi:

  • Tim dengan jumlah kemenangan terbanyak (25)
  • Pencetak gol terbanyak di Serie A (73 gol)
  • Pertahanan terbaik kedua setelah Juventus (25 gol kebobolan)
  • Tim dengan possession rate tertinggi kedua setelah Napoli (59%)

Pemain seperti Lautaro Martínez terus tampil luar biasa, mencetak 21 gol sejauh musim ini, dan menjadi kapten serta pemimpin di lapangan. Marcus Thuram mencetak 13 gol dan 9 assist, menjadikannya mitra ideal bagi Lautaro.

Di sisi kiri, Federico Dimarco berkembang menjadi salah satu wing-back terbaik Eropa, sedangkan kiper Yann Sommer tampil stabil meski usianya sudah kepala tiga.

Pekan Terakhir: Menentukan Nasib

Menjelang pekan ke-38 Serie A, Inter Milan duduk di posisi puncak dengan keunggulan 2 poin atas Juventus. Namun, lawan terakhir mereka bukan tim sembarangan: Atalanta, yang masih memburu tiket Liga Champions.

Juventus akan menghadapi Hellas Verona—tim papan bawah—di kandang, dan diprediksi akan menang mudah. Artinya, jika Inter Milan kalah atau imbang dan Juventus menang, maka Scudetto akan berpindah ke Turin.

Pekan terakhir ini bisa menjadi momen tawa dan perayaan, atau sebaliknya, tangisan dan penyesalan karena poin-poin yang terbuang di masa lalu.

Suasana di Internal Tim dan Komentar Inzaghi

Pelatih Simone Inzaghi mencoba tetap tenang menjelang laga penentuan.

“Kami punya satu pertandingan untuk menentukan segalanya. Ini semua masih ada di tangan kami. Jika kami bermain seperti yang kami tahu, maka kami bisa menutup musim ini dengan kepala tegak dan trofi di tangan.”

Namun ia juga mengakui bahwa timnya “harus belajar dari setiap kesalahan”, terutama dalam menutup pertandingan.

Kapten Lautaro Martínez juga angkat bicara:

“Kami tidak akan mengulang kesalahan. Ini pertandingan paling penting musim ini, dan kami tahu seluruh penggemar menaruh harapan besar.”

Tertawa atau Menangis?

Pekan terakhir akan menjadi ujian mental dan fisik. Inter Milan punya kendali penuh atas nasib mereka, tetapi juga membawa beban trauma kehilangan poin dari masa lalu.

Jika Inter Milan menang dan mengangkat trofi, semua kekeliruan kecil itu akan dilupakan dan hanya menjadi catatan dalam proses menuju sukses.

Namun jika Inter Milan terpeleset, maka musim ini akan dicatat sebagai kisah ‘apa yang seharusnya terjadi’—dan poin-poin yang terbuang akan membayangi klub sepanjang musim panas.

Setipis Garis Gawang

Musim 2024/2025 menunjukkan betapa tipisnya margin antara sukses dan kegagalan dalam sepak bola. Inter Milan adalah tim terbaik di atas kertas, tim paling menyerang, paling menarik, dan paling stabil. Tapi sepak bola bukan hanya soal angka dan statistik.

Dalam satu pekan terakhir, mereka harus membuktikan bahwa mereka bukan hanya kuat secara teknis, tapi juga mental. Karena pada akhirnya, dalam liga yang panjang seperti Serie A, tim yang belajar dari kesalahannya dan tetap fokus hingga peluit terakhir—itulah yang akan tertawa paling akhir.

Deni Mahesa adalah seorang pengusaha sukses di bidang teknologi yang telah membuat gebrakan besar di industri ini. Lahir dan dibesarkan di Jakarta, Deni memulai kariernya dengan mendirikan startup teknologi di garasi rumahnya setelah lulus dari universitas ternama di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *