jadwalsepakbolahariini – Final Liga Champions selalu menjadi panggung paling prestisius dalam sepak bola Eropa. Namun, bagi pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi, final kali ini menjadi kenangan pahit. Setelah kalah dari Manchester City di final Liga Champions musim lalu, Inzaghi harus menelan pil pahit lainnya: ia dianugerahi penghargaan sindiran khas Italia, Tapiro d’Oro.
Apa Itu Tapiro d’Oro?
Sebelum membahas lebih jauh soal kontroversinya, kita harus tahu dulu: apa itu Tapiro d’Oro?
Tapiro d’Oro atau “Tapir Emas” adalah penghargaan satir yang diberikan oleh program televisi Italia bernama Striscia la Notizia kepada tokoh publik yang dianggap mengalami kegagalan, kontroversi, atau situasi memalukan. Tujuannya bukan untuk menjatuhkan, tapi sebagai bentuk sindiran dan hiburan yang sudah jadi budaya pop di Italia.
Banyak tokoh publik yang pernah menerima Tapiro d’Oro, dari politisi, aktor, hingga pesepak bola top seperti Antonio Conte, Maurizio Sarri, dan bahkan Cristiano Ronaldo. Namun, bagi Inzaghi, momen ini terasa menyakitkan karena datang di saat emosinya masih segar usai kekalahan besar di Eropa.
Kekalahan yang Menyakitkan
Pada final Liga Champions 2023 yang berlangsung di Istanbul, Inter Milan kalah tipis 0-1 dari Manchester City. Gol semata wayang dicetak oleh Rodri pada menit ke-68, yang memanfaatkan momen lengah dari lini tengah Nerazzurri.
Meski Inter tampil disiplin dan sempat menciptakan peluang emas lewat Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku, mereka gagal mengkonversi menjadi gol. Kekalahan ini membuat Simone Inzaghi gagal mempersembahkan trofi Liga Champions pertama sejak 2010, ketika Inter masih dilatih oleh José Mourinho.
Respon Inzaghi Setelah Kekalahan
Setelah pertandingan, Simone Inzaghi mencoba tetap tenang dalam konferensi pers. Ia mengakui performa anak asuhnya cukup baik, namun keberuntungan tidak berpihak pada mereka.
“Kami bermain dengan hati. Berita bola Tapi di final seperti ini, satu detail bisa menentukan. Saya bangga dengan tim saya, tapi tentu kecewa karena gagal mempersembahkan gelar untuk fans,” ujar Inzaghi.
Namun, sehari setelah kepulangannya ke Italia, tim Striscia la Notizia mendatangi rumahnya dengan trofi Tapiro d’Oro.
Baca Juga :
- Gian Piero Gasperini Pilih AS Roma, Juventus Harus Gigit Jari
- Inter Daratkan Jay Idzes, Bayar ke Venezia Segini
Momen Penyerahan yang Canggung
Dalam video yang viral di media sosial, Inzaghi terlihat menerima Tapiro d’Oro dengan ekspresi datar. Ia tak banyak bicara, hanya melempar senyum tipis sambil mengatakan:
“Mungkin tapir ini bisa jadi kenangan yang memacu saya lebih keras musim depan.”
Netizen pun bereaksi. Sebagian menganggap penghargaan itu lucu dan bagian dari tradisi hiburan. Namun banyak juga yang menilai hal tersebut tidak pantas, terutama karena Inzaghi sudah membawa Inter ke final — sesuatu yang tak semua pelatih bisa lakukan.
Apresiasi atau Sindiran?
Fenomena Tapiro d’Oro memang menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, itu dianggap sebagai bentuk humor nasional yang sudah berlangsung lama di Italia. Tapi di sisi lain, publik juga mulai mempertanyakan etika dalam memberikan “penghargaan kegagalan.”
Beberapa fans Inter menyuarakan kekecewaannya:
“Kalah tipis dari tim seperti City bukan aib. Inzaghi layak dihormati, bukan ditertawakan,” tulis salah satu pengguna Twitter.
Pelatih legendaris seperti Arrigo Sacchi bahkan ikut berkomentar. Ia menyebut bahwa publik kadang terlalu cepat menghakimi pelatih hanya karena satu pertandingan:
“Melatih di Italia itu berat. Satu kekalahan bisa membuat Anda dari pahlawan menjadi lelucon.”
Track Record Inzaghi yang Layak Dihargai
Meski kalah di final, Inzaghi layak mendapatkan apresiasi atas pencapaiannya sepanjang musim.
Beberapa pencapaian Simone Inzaghi musim 2022/2023:
- Membawa Inter lolos dari fase grup dengan performa solid
- Menyingkirkan Benfica dan Porto di fase knockout
- Mengalahkan AC Milan di semifinal dengan agregat meyakinkan
- Menang di Coppa Italia dan Supercoppa Italiana
Ia juga sukses menjaga keharmonisan ruang ganti meski sempat mendapat tekanan besar dari media di pertengahan musim.
Dampak Terhadap Mentalitas Tim
Pemberian Tapiro d’Oro kepada Inzaghi tentu menjadi pembicaraan di ruang ganti Inter. Beberapa pemain seperti Barella dan Bastoni dikabarkan menyatakan solidaritas kepada sang pelatih.
Situasi ini bisa jadi bumerang atau justru motivasi tambahan bagi Inter musim depan. Jika disikapi dengan bijak, hal ini bisa menjadi pengingat bahwa mereka sudah sangat dekat dengan puncak, tinggal satu langkah lagi.
Budaya Media Italia: Satir yang Keras
Italia punya tradisi media yang cukup keras dan blak-blakan. Program seperti Striscia la Notizia memang menjadi fenomena karena gaya pelaporan mereka yang satir, penuh humor, dan terkadang menyakitkan.
Beberapa pelatih sebelumnya bahkan menolak menerima Tapiro d’Oro karena menganggapnya merendahkan. Tapi Simone Inzaghi memilih diam dan menerima, yang justru menunjukkan kelasnya sebagai pribadi yang kuat.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Momen ini bisa menjadi refleksi bukan hanya untuk Inzaghi, tapi juga dunia sepak bola secara umum:
- Publik harus lebih menghargai proses, bukan hanya hasil. Membawa tim ke final Eropa adalah prestasi luar biasa.
- Media perlu lebih berempati. Kritik itu perlu, tapi tetap dengan respek.
- Pelatih juga manusia. Mereka punya tekanan luar biasa dari klub, fans, hingga media.
Inzaghi bisa menggunakan Tapiro d’Oro ini sebagai simbol motivasi. Dari rasa sakit bisa lahir kekuatan baru. Tak jarang, pelatih-pelatih besar seperti Klopp, Guardiola, dan Ancelotti juga sempat “dihina” sebelum akhirnya membawa tim mereka ke kejayaan.
Apa Selanjutnya untuk Simone Inzaghi?
Kontrak Inzaghi bersama Inter masih berjalan dan kabarnya manajemen tetap percaya penuh kepadanya. Fokus kini adalah memperkuat skuad dan mempertahankan konsistensi untuk musim depan.
Apakah musim depan Inter bisa kembali ke final dan meraih trofi?
Jika ada satu hal yang pasti: Simone Inzaghi tak akan melupakan penghargaan Tapiro d’Oro ini. Dan siapa tahu, musim depan, ia malah kembali ke Striscia la Notizia — bukan untuk menerima sindiran, tapi membawa piala Liga Champions sungguhan.