jadwalsepakbolahariini – Sebuah babak kelam dalam sejarah klub raksasa Italia kembali terjadi. AC Milan, salah satu klub tersukses di Eropa, dipastikan tidak akan tampil di kompetisi Eropa musim depan (2025/2026). Tidak ada Liga Champions, tidak ada Liga Europa, bahkan tidak ada Conference League. Ini bukan hanya catatan statistik, tapi juga sinyal krisis mendalam yang menyelimuti skuad Rossoneri.
Kepastian ini datang setelah gagal finis di posisi yang memenuhi syarat di klasemen Serie A musim 2024/2025. Skuad asuhan Stefano Pioli—yang sejak beberapa pekan terakhir sudah mendapat tekanan hebat—akhirnya menutup musim dengan hasil mengecewakan, berada di posisi ketujuh klasemen akhir Serie A, tepat di luar jangkauan zona Eropa.
Apa yang sebenarnya terjadi pada AC Milan? Bagaimana klub sebesar ini bisa gagal total? Apa dampaknya terhadap klub, pemain, dan rencana jangka panjang? Mari kita ulas secara menyeluruh.
Klasemen Akhir Serie A 2024/2025: AC Milan Terpental dari Zona Eropa
Dengan hanya enam slot Eropa untuk Italia musim depan (3 Liga Champions, 2 Liga Europa, dan 1 Conference League), posisi ke-7 milik AC Milan menjadi tak berarti. Ini adalah musim yang ironis bagi klub yang dua tahun sebelumnya berhasil mencapai semifinal Liga Champions.
Penurunan Drastis dari Musim Sebelumnya
Pada musim 2022/2023, Milan masih sempat mencapai semifinal Liga Champions. Musim 2023/2024, mereka finis di peringkat keempat Serie A. Tapi musim ini, segalanya berjalan sangat berbeda:
- Mereka gagal konsisten sepanjang musim.
- Tersingkir di babak penyisihan Liga Champions lebih awal.
- Gagal bersaing di Coppa Italia.
- Dan akhirnya tak mampu menembus posisi enam besar Serie A.
Padahal, skuad AC Milan tidak kekurangan talenta. Pemain seperti Rafael Leão, Theo Hernandez, Mike Maignan, dan Christian Pulisic menjadi andalan. Namun, buruknya rotasi, inkonsistensi taktik, dan cederanya beberapa pemain kunci membuat performa tim jauh dari harapan.
Penyebab Kegagalan AC Milan: Kombinasi Kompleks
-
Kepemimpinan Stefano Pioli yang Mulai Usang
Setelah membawa meraih Scudetto pada 2022, pelatih Stefano Pioli mengalami penurunan performa. Gaya main AC Milan yang awalnya segar dan penuh intensitas menjadi bisa ditebak. Formasi 4-2-3-1 andalannya kerap tak mampu menjawab dinamika lawan.
Pioli tampaknya kehilangan “sentuhan emas”-nya, dan tak mampu mengatasi rotasi padat serta tekanan dari manajemen dan fans. Ketika banyak pelatih Serie A melakukan inovasi terlihat stagnan.
-
Ketergantungan pada Beberapa Pemain
AC Milan terlalu bergantung pada Rafael Leão dalam hal kreativitas dan serangan. Jika Leão dimatikan oleh lawan, AC Milan terlihat kehilangan arah. Berita bola Pulisic sempat memberi harapan, tapi tak konsisten. Olivier Giroud juga sudah menua dan sering bermasalah dengan kebugaran.
Kehilangan Sandro Tonali juga memberi dampak besar. Gelandang energik itu dijual ke Newcastle musim lalu, dan penggantinya belum sebanding dari sisi pengaruh permainan.
-
Manajemen Transfer yang Tidak Agresif
Meski mendatangkan beberapa pemain muda seperti Yunus Mudah, Samuel Chukwueze, dan Noah Okafor, pembelian AC Milan musim ini dianggap tidak memberi dampak signifikan. Mereka tidak membeli pemain kelas dunia untuk memperkuat lini belakang atau pengganti sepadan Giroud di lini depan.
Alih-alih melakukan investasi besar, AC Milan tampak lebih fokus pada pembelian pemain muda berpotensi, yang sayangnya tidak cukup untuk bersaing di papan atas Serie A.
Baca Juga :
- Media Korea Bahas Asnawi Tak Masuk Timnas Indonesia
- Marcus Rashford, Musim Depan Gak Lanjut Bareng Aston Villa?
Reaksi dari Fans: Marah, Kecewa, Tapi Masih Cinta
Kepastian bahwa AC Milan tidak akan tampil di Eropa membuat fans marah besar. Di media sosial, tagar seperti #PioliOut, #SaveMilan, dan #MilanWakeUp menjadi trending. Spanduk protes juga muncul di luar San Siro beberapa pekan sebelum musim berakhir.
Namun, meski kecewa, mayoritas fans tetap mencintai klub ini. Mereka menginginkan perubahan besar, bukan hanya untuk mengembalikan kejayaan, tetapi juga menyelamatkan identitas klub yang sempat kembali bersinar di awal 2020-an.
Dampak Besar Absen dari Kompetisi Eropa
Ketidakhadiran AC Milan di kompetisi Eropa akan berdampak sangat signifikan dalam berbagai aspek:
-
Kerugian Finansial
Kompetisi seperti Liga Champions dan Liga Europa menjadi sumber pemasukan besar lewat hak siar, tiket, dan sponsor. Absen dari Eropa berarti AC Milan bisa kehilangan pendapatan hingga €50 juta, tergantung performa musim sebelumnya.
Ini tentu berdampak pada anggaran transfer musim panas. Manajemen akan berpikir lebih hati-hati sebelum menggelontorkan dana besar.
-
Daya Tarik Pemain Turun
Bintang-bintang dunia biasanya tertarik bergabung dengan klub yang bermain di Eropa. Tanpa itu mungkin kesulitan mendatangkan pemain incaran. Bahkan beberapa pemain top saat ini bisa saja memilih hengkang.
Pemain seperti Theo Hernandez dan Maignan sudah dirumorkan diminati klub-klub besar. Jika tidak bermain di Eropa, AC Milan bisa kehilangan mereka.
-
Moral Tim Terguncang
Tanpa Eropa, motivasi skuad bisa terganggu. Tidak ada tantangan di tengah pekan, tidak ada malam Liga Champions di San Siro—ini bisa mempengaruhi mentalitas pemain, terutama yang terbiasa bermain di level tinggi.
Apa Langkah Berikutnya untuk Milan?
Ketika krisis datang, perubahan adalah keniscayaan. AC Milan perlu merancang ulang strategi jangka pendek dan panjang mereka.
-
Pergantian Pelatih Hampir Pasti Terjadi
Stefano Pioli dikabarkan akan dipecat. Beberapa nama seperti Julen Lopetegui, Thiago Motta, dan bahkan Antonio Conte dikaitkan dengan kursi panas di Milan. Pelatih baru harus mampu membangkitkan kembali semangat tim dan membawa filosofi segar.
-
Fokus pada Kompetisi Domestik
Tanpa gangguan jadwal Eropa bisa memanfaatkan fokus penuh pada Serie A dan Coppa Italia. Situasi ini bisa menjadi keuntungan jika dimanfaatkan dengan baik, seperti yang pernah dilakukan Inter Milan pada 2020 saat tak bermain di Eropa.
-
Regenerasi Tim
Absennya dari Eropa bisa dimanfaatkan untuk melakukan regenerasi. Memberi waktu main lebih banyak kepada pemain muda seperti Francesco Camarda, Bartesaghi, dan lainnya, bisa jadi langkah strategis jangka panjang.
Momen Introspeksi dan Kebangkitan
AC Milan adalah klub yang besar, bersejarah, dan penuh tradisi juara. Namun, seperti pepatah: bahkan matahari pun terkadang tenggelam. Musim 2024/2025 akan dikenang sebagai salah satu titik terendah mereka dalam dekade terakhir.
Namun dari kegagalan ini, Milan punya kesempatan untuk melakukan refleksi dan restrukturisasi mendalam. Mereka harus menjawab tantangan ini dengan keberanian, strategi cerdas, dan visi kuat. Fans tetap menanti—tidak sekadar kemenangan, tapi juga identitas yang solid.
Tidak Ada Jalan Pintas Kembali ke Puncak
Kegagalan AC Milan lolos ke kompetisi Eropa musim depan adalah pukulan telak. Tapi ini bukan akhir dari segalanya. Ini adalah panggilan untuk berubah, berevolusi, dan bangkit. San Siro akan tetap berdiri. Warna merah-hitam akan tetap membara.